Selasa, 01 Maret 2016

Psikoterapi (pendekatan konvensional dan kontemporer) Analisis Transaksional


Transaksional analisis
1.         Pengantar
   Eric berne (1910-1970) seorang psikiatris dan psikoanalis, mengembangkan teori analisis transaksional padea tahun 1950-an. Yang pada intinya dia menemukan tentang ego state sebagai fase pertama perkembangan analisis transaksional.
   Pada fase kedua yang berlangsungpada periode 1962-1966 Berne mulai menekankan pada permainan (game). Berne berminat pada teori komunikasi yang dapat memahami individu lewat dua pesan yaitu pesan psikologis secara terselubung (covert) dan pesan sosial yang sifatnya terbuka (overt).
   Pada fase ketiga (1966-1970) analisis traksaksional menjadi dominan karena analisis naskah (script analysis). Konsep ini seiring dengan terbitnya buku Berne tentang tritmen kelompok dan menjawab pertanyaan publik, mengapa individu yang berbeda memainkan permainan yang sama secara berulang-ulang. Teknik untuk menganalisis naskah sangat berguna bagi tritmen.

2.         Teori-teori Dasar
   Untuk memahami  kerangka berfikir analisis transaksional maka perlu mengtahui dasar filosofisnya. Analisis transaksional memandang manusia sebagai seusatu yang positif, karena manusia secara filosofis dapat dikembangkan dan diubah secra langsung melalui proses yang aman menggairahkan dan bahkan menyenangkan. Analisis transaksioanal berpandangan bhawa semua manusia OK, dan menyengakan dan memiliki potensi untuk berkembang dan mengaktulisasikan diri.
           
3.         Ego State (Status Ego).
           Menurut Eric Berne bahwa sumber-sumber tingkah laku, sikap dan perasaan, sebagaimana individu melihat kenyataan, mengolah informasi dan melihat dunia diluar dirinya diesbut dengan ego state ( status ego ). Status ego ini terbentuk melalui pengalaman masa kecil dirinya.
           Landasan pemikiran Berne (1961) tentang status ego berdasar pada tiga hipotesis :
1.         Bahwa setiap perkembangan menuju pada kedewasaan, melalui masa kanak-kanak.
2.         Bahwa setiap manusia mempunyai jaringan otak yang baik dan sanggup melakukan testing terhadap realita secara baik.
3.         Bahwa setiap individu yang berjuang untuk menuju ke dewasa telah mempunyai orangtua yang berfungsi atau seorang yang dianggap sebagai orang tuanya.
            
Dari ketiga hipotesis iti muncul pertanyaan bahwa :
A.        Pengalaman-pengalaman kehidupan pada msa kanak-kanak akan terus berlangsung dalam kehidupannya dan kemudian kan berujud sebagai status ego anak.
B.         Testing realitas merupakan fungsi status ego yang sifatnya realistis dan bukan merupakan kemampuan yang terpisah dan kemudian berujud sebagai status ego dewasa.
C.         Didalam pelaksanaannya kemungkinan sesuatu dari luar individu akan diambil alih secara sempurna oleh individu dan kemudian berujud ebagai status ego orang tua.

(a)        Status Ego Anak
Status ego anak, berisi perasaan, tingkah laku dan bagaiman berfikir ketika masih kanak-kanak. Hal ini dapat dilihat seperti tingkah laku manja, ingin menangnya sendiri, ingin diperhatikan, takut, pemberani, sembrono, bebas dan acuh.
Status ego anak dapat dilihat dari dua bentuk :
1.         Anak yang menyesuaikan (adapted child) diujudkan dengan tingkah laku yang dipengaruhi oleh orang tuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak bertindak sesuai dengan keinginan orang tuanya seperti penurut, sopan, dan patuh, sebagai akibatnya anak akan menarik diri, takut, manja dan kemungkinan mengalami konflik.
2.         Anak yang wajar (free child) akan terlihat dalam tingkahlakunya seperti lucu, tergantung, menuntut egois, agresi, kritis, spontan, tidak mau kalah dan pemberontak.
(b)        Status Ego dewasa
Status ego dewasa dapat dilihat dari tingkahlaku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional, mandiri dan juga bersifat objektif.
(c)        Status Ego Orangtua
Status ego orangtua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkahlaku yang mirip dengan bagaimana orangtua individu merasa dan bertingkahlaku terhadap dirinya.

Ada dua bentuk sikap orangtua :
1.         Mengkritik-merugikan (the critical parent) ditunjukkan dengan sikap yang selalu menuduh, mencela dan jika menerima dirasa tidak mengenakkan dan mencemaskan.
2.         (Sayang) merupakan suatu sikap yang positif, misalnya mendorong, memberi semangat, menerima, memberikan rasa aman, menghargai dan penuh perhatian.


2.2       Stroke (Belaian)
Model aslinya adalah bahwa orangtua yang secara fisik membelai bayinya. Dalam teori analisis transaksional sebuah belaian merupakan bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulus yang optimal kepada individu.

2.3.      Life Position (posisi hidup)
Ada 4 dasar posisi hidup yaitu:
1.         I`m Ok – You`re OK. Posisi ini merefleksikan bahwa individu mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan percaya pada orang lain.
2.         I`m OK – You`re not Ok. Posisi ini merefleksikan bahwa individu membutuhkan orang lain akan tetapi tidak ada yang dianggap cocok, individu merasa mempunyai hak untuk mempergunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya. 
3.         I`m not Ok – You`re Ok. Posisi ini merefleksikan bahwa individu merasa tidak terpenuhi kebutuhannya dan merasa bersalah, bisanya juga disebut posisi depresif.
4.         I`m not Ok – you`re not OK. Posisi ini merefleksikan bahwa dirinya merasa tidak baik dan oranglain pun juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif.

2.4.      Batas Status Ego
Batas antara status ego yang satu dengan yang lain digambarkan sebagai membran yang sifatnya permiabel, sehingga dimungkinkan terjadinya aliran dari status ego yang satu ke ego yang lain dalam menanggapi rangsang dari luar.
2.4.1.   Batas Status Ego yang kaku
          Jika terjadi bahwa status ego menjadi kaku maka orang tersebut akan terkurung dalam salah stu status ego tertentu, yang akan menghambat berfungsinya salah satu status ego yang lain. Gejala ini disebut eklusi (exclusion).
          Eklusi pada dewasa, maka individu akan bertindak objektif, berfungsi sebagai perencana, mengumpulkan informasi, kehidupan interpersonalnya kering, dingin dan selalu realistis.
          Eklusi pada anak yang menyesuaikan, misalnya menjadi anak yang penurut, sopan, patuh, dan kalau anak yang wajar, jadi anak yang tergantung, penuntut, egois, agresi, kreatif dan spontan.
2.4.2.   Kontaminasi
           Kontaminasi merupakan suatu situasi dimana batas antara status ego yang satu dentan yang lain menjadi lemah, sehingga status ego tertentu mengalami pencemaran atau pengaruh dari status ego yang lain.

2.5 Analisis Transaksional
            Setiap apa yang dikerjakan dan apa yang dikatakan antara individu yang satu dengan individu lain. Transaksi dapat terjadi secara verbal (transaksi sosial) dan transaksi non verbal (transaksi psikologik) yang terjadi dalam transaksi terselubung.
            Ada tiga transaksi dalam kaitannya dengan interaksi antara dua individu, yaitu :
1.      Transaksi Komplementer (saling mengisi)
Transaksi ini dapat terjadi jika antara stimulus dengan respon cocok, tepat, dan memang diharapkan, sehingga transaksi ini akan berjalan dengan lancer. Misalnya, pembicaraan antara individu yang sama-sama menggunakan status ego orang tua.
2.      Transaksi Silang
Transaksi ini terjadi jika antara stimulus dan respon tidak cocok atau tidak sebagaimana yang diharapkan dan biasanya komunikasi ini atau interaksi ini akan terganggu.
3.      Transaksi Terselubung
Transaksi ini terjadi jika antara dua status ego beroperasi bersama-sama. Biasanya dapat dirasakan meliputi dewasa diarahkan kedewasa, akan tetapi menyembunyikan suatu pesan yang sebenarnya. Missalnya dewasa ke anak, atau orang tua keanak.

Bagan Transaksi Komplementer
1.     


wah sekarang untuk masuk sekolah sulitnya bukan main.
2.      Betul, saya kemarin beli formulir saja sudah susah.





Bagan Transaksi Silang
1.     











Aduh, badan ku kok terasa gk enak ya.
2.      Makanya jangan ambisi dan ngoyo cari uang.


















Bagan Transaksi Terselubung




 






1.      Jam berapa instirahatnya training ini ?
-          Jam 10:00 WIB
2.      Aku sudah ngantuk dan capai.
-          Kalau aku haus dan lapar.
 













          2.6              Kontak Sosial
Setiap manusia tampaknya membutuhkan kontak dengan lingkungannya,khususnya dengan sesame manusia, pada mulanya kontak terjadi secara fisik dan kemudian berkembang menjadi kontak yang sifatnya verbal. Kontak yang bersifat fisik ini dapat berupa belaian, ciuman dan ini semua akan memberikan rasa aman, kasih sayang, ada perasaan dicintai dan dibutuhkan, Kontak yang sifatnya verbal, seperti senyuman, penghargaan dan kata-kata positif. Proses ini semua melalui proses belajar, jika individu mendapatkan semua kontak yang positif, maka orang tersebut akan memberikan kontak positif pula baik pada orang lain maupun pada lingkungannya.
Menurut Berne (1961), Dusay (dalam Conrsini, 1989) individu dalam berhubungan dengan orang lain membutuhkan suatu struktur untuk mengatur waktu atau pengisi waktu. Dalam hal ini Berne mengajukan 6 cara penggunaan waktu, yaitu :
a.       Penarikan Diri (withdrawl)
Didalam bentuk ini individu sama sekali tidak mengadakan kontak dengan orang lain secara terbuka, meskipun secara fisik individu ada diantara teman-temannya.
b.      Tata cara (ritual)
Ini merupakan suatu bentuk komunikasi yang sudah diatur bagaimana stimulusnya dan bagaimana responnya.
c.       Aktifitas (activity)
Merupakan aktifitas dalam kehidupan sehari-hari dan pada umumnya telah ada ketentuan-ketentuan umum yang telah direncanakan. Dalam istilah sehari-hari disebut kerja.
d.      Pengisian Waktu (pastime)
Transaksi yang terjadi pada individu hanya merupakan pengisian waktu yang nampaknya setiap individu pernah melakukan transaksi ini.
e.       Permainan (games)
Permainan adalah serangkaian transaksi tersamar yang saling melengkapi, menuju suatu hasil yang dapat diramalkan dan telah direncanakan. Permainan mempunya dua ciri yang pertama sifatnya yang tersama/terselubung dan yang kedua ganjaran.
f.       Keakraban (intimacy)
Komunikasi terjadi secara sederhana, artinya individu akan menampilkan keadaan yang sebenarnya atau seadanya tanpa dibuat-buat.
                     
3.      Dasar dan Tujuan Terapi
Dasar tujuan dari analisis transaksional adalah membantu pihak klient dalam rangka membuat keputusan baru,  yaitu tentang tingkah lakunya sekarang yang diarahkan pada kehidupannya, caranya dengan jalan membantu klient untuk mendapatkan kesadaran tentang bagaimana klient menghadapi masalahnya yang berkaitan dengan kebebasan memilih dan memberikan pilihan untuk menentukan cara hidupnya.
Dasar dari terapi ini adalah mengganti cara hidup yang otomatis dengan kesadaran, spontanitas, dan keakraban dengan jalan memanipulasi permainan dan naskah hidup yang menyalahkan diri atau mengalah.
Harris (dalam Corey 1982) melihat bahwa tujuan dari analisis transaksional adalam membantu individu agar mempunyai kebebasan memilih, kebebasan untuk berubah deng berganti respon terhadap rangsangan baru.

4.      Fungsi dan Peranan Terapis
Transaksional dibuat agar supaya diperoleh insight baik emosional maupun intelektual, akan tetapi penekanannya pada aspek rasional. Peranan terapis adalah harus dapat memberikan perhatian yang benar pada hubungan yang terjadi antara terapis-klient secara kognitif. Peranan terapis dalam hal ini sebagai guru, pelatih, tetapi juga sebagai nara sumber.

5.      Proses Terapi
Proses terapi dalam pendekatan analisis transaksional terdiri dari beberapa metode, antara lain analisis struktural, metode belajar, empty chair,role playing, family modeling, analysis of ritual and past time,analysis of game dan rackets.
1.      Analisis struktural
Analisis structural adalah suatu cara yang dapat memjadikan individu sadar tentang isi dan fungsi dari status egonya (orang tua, dewasa, dan anak), didalam analisis transaksional klient belajar bagaimana mengidentifikasi status egonya.
2.      Metode belajar   
Analisis transaksional mendasarkan pada aspek kognitif, maka proses belajar mengajar merupakan dasar bagi pendekatannya. Anggota kelompok analisis transaksional diharapkan akan kenal  dengan analisis struktur dan menguasai dasar dari status ego orang tua, dewasa dan anak.
3.      Empty chair
Cara ini mangasumsikan bahwa klient mempunyai kesulitan dalam mengatasi dirinya dan pimpinannya. Klient disuruh untuk membayangkan bahwa orang yang duduk didepannya adalah orang lain, dan kemudian diajak untuk berdialog. Prosedur ini memberikan kebebasan pada klient untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan sikap nya sebagaimana dirinya berperan pada suatu status ego tertentu.
Mc Neel (dalam Corey, 1982) menggambarkan bahwa tekhnik dua kursi kosong ini merupakan alat yang sangat efektif dalam membantu klient menyelesaikan konfliknya dengan orang tua atau orang lain yang ada disekitarnya pada waktu klient dibesarkan. Tujuan dari tekhnik ini adalah untuk menyempurnakan unfinished bussines pada masa silam.
4.      Role Playing
Didalam terapi kelompok situasi-situasi didalam role playing dapat melibatkan anggota lain, kemungkinan yang terjadi anggota kelompok yang lain menggunakan status ego tertentu yang berkaitan dengan masalah dengan klient dank lien berbicara dengan anggota tersebut.
5.      Family Modelling
Didalam tekhnik ini klient disuruh untuk membayangkan yang melibatkan banyak individu, mungkin yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu atau dirinya, misalnya dirinya sebagai direktur, produser, atau actor. Klien menetapkan situasi dengan menggunakan anggota lain dari kelompoknya sebagai anggota keluarga.
6.      Analysis Of Ritual and Past Time
Dalam analisis transaksional akan terlibat masalah identifikasi mengenai tatacara dan pengisi waktu, yang tampaknya dapat digunakan dalam menstruktur waktu. Struktur waktu ini sangat penting untuk didiskusikan dan diperiksa, karena hal ini merefleksikan bagaimana individu tersebut melakukan transaksi dan bagaimana untuk mendapatkan balaian yang tidak menguntungkan dan akibatnya akan mengalami kekurangan keakraban dengan orang lain.
7.      Analysis of Game and Rockets
Analisis permainan merupakan aspek penting dalam mengetahui transaksi yang sebenarnya dengan orang lain. Didalam hal ini perlu diobservasi dan diketahui bagaimana permainan dimainkan dan belaian apa yang diterima, bagaimana keadaan permainan itu, apakah ada jarak dan apa diiringi dengan keakraban.
                                        




Tidak ada komentar:

Posting Komentar