Transaksional
analisis
1. Pengantar
Eric berne (1910-1970) seorang psikiatris
dan psikoanalis, mengembangkan teori analisis transaksional padea tahun
1950-an. Yang pada intinya dia menemukan tentang ego state sebagai fase pertama
perkembangan analisis transaksional.
Pada fase kedua yang berlangsungpada periode
1962-1966 Berne mulai menekankan pada permainan (game). Berne berminat pada
teori komunikasi yang dapat memahami individu lewat dua pesan yaitu pesan
psikologis secara terselubung (covert) dan pesan sosial yang sifatnya terbuka
(overt).
Pada fase ketiga (1966-1970) analisis
traksaksional menjadi dominan karena analisis naskah (script analysis). Konsep
ini seiring dengan terbitnya buku Berne tentang tritmen kelompok dan menjawab
pertanyaan publik, mengapa individu yang berbeda memainkan permainan yang sama
secara berulang-ulang. Teknik untuk menganalisis naskah sangat berguna bagi
tritmen.
2. Teori-teori Dasar
Untuk memahami kerangka berfikir analisis transaksional maka
perlu mengtahui dasar filosofisnya. Analisis transaksional memandang manusia
sebagai seusatu yang positif, karena manusia secara filosofis dapat
dikembangkan dan diubah secra langsung melalui proses yang aman menggairahkan
dan bahkan menyenangkan. Analisis transaksioanal berpandangan bhawa semua
manusia OK, dan menyengakan dan memiliki potensi untuk berkembang dan
mengaktulisasikan diri.
3. Ego State (Status Ego).
Menurut Eric Berne bahwa
sumber-sumber tingkah laku, sikap dan perasaan, sebagaimana individu melihat
kenyataan, mengolah informasi dan melihat dunia diluar dirinya diesbut dengan
ego state ( status ego ). Status ego ini terbentuk melalui pengalaman masa
kecil dirinya.
Landasan pemikiran Berne (1961)
tentang status ego berdasar pada tiga hipotesis :
1. Bahwa setiap perkembangan menuju pada kedewasaan,
melalui masa kanak-kanak.
2. Bahwa setiap manusia mempunyai jaringan
otak yang baik dan sanggup melakukan testing terhadap realita secara baik.
3. Bahwa setiap individu yang berjuang
untuk menuju ke dewasa telah mempunyai orangtua yang berfungsi atau seorang
yang dianggap sebagai orang tuanya.
Dari ketiga hipotesis iti muncul
pertanyaan bahwa :
A. Pengalaman-pengalaman kehidupan pada msa
kanak-kanak akan terus berlangsung dalam kehidupannya dan kemudian kan berujud
sebagai status ego anak.
B. Testing realitas merupakan fungsi
status ego yang sifatnya realistis dan bukan merupakan kemampuan yang terpisah
dan kemudian berujud sebagai status ego dewasa.
C. Didalam pelaksanaannya kemungkinan
sesuatu dari luar individu akan diambil alih secara sempurna oleh individu dan
kemudian berujud ebagai status ego orang tua.
(a) Status Ego Anak
Status
ego anak, berisi perasaan, tingkah laku dan bagaiman berfikir ketika masih
kanak-kanak. Hal ini dapat dilihat seperti tingkah laku manja, ingin menangnya
sendiri, ingin diperhatikan, takut, pemberani, sembrono, bebas dan acuh.
Status
ego anak dapat dilihat dari dua bentuk :
1. Anak yang menyesuaikan (adapted child)
diujudkan dengan tingkah laku yang dipengaruhi oleh orang tuanya. Hal ini dapat
menyebabkan anak bertindak sesuai dengan keinginan orang tuanya seperti
penurut, sopan, dan patuh, sebagai akibatnya anak akan menarik diri, takut,
manja dan kemungkinan mengalami konflik.
2. Anak yang wajar (free child) akan
terlihat dalam tingkahlakunya seperti lucu, tergantung, menuntut egois, agresi,
kritis, spontan, tidak mau kalah dan pemberontak.
(b) Status Ego dewasa
Status
ego dewasa dapat dilihat dari tingkahlaku yang bertanggung jawab, tindakan yang
rasional, mandiri dan juga bersifat objektif.
(c) Status Ego Orangtua
Status
ego orangtua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkahlaku
yang mirip dengan bagaimana orangtua individu merasa dan bertingkahlaku
terhadap dirinya.
Ada
dua bentuk sikap orangtua :
1. Mengkritik-merugikan (the critical
parent) ditunjukkan dengan sikap yang selalu menuduh, mencela dan jika menerima
dirasa tidak mengenakkan dan mencemaskan.
2. (Sayang) merupakan suatu sikap yang
positif, misalnya mendorong, memberi semangat, menerima, memberikan rasa aman,
menghargai dan penuh perhatian.
2.2 Stroke (Belaian)
Model
aslinya adalah bahwa orangtua yang secara fisik membelai bayinya. Dalam teori
analisis transaksional sebuah belaian merupakan bagian dari suatu perhatian
yang melengkapi stimulus yang optimal kepada individu.
2.3. Life Position (posisi hidup)
Ada
4 dasar posisi hidup yaitu:
1. I`m Ok – You`re OK. Posisi ini
merefleksikan bahwa individu mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan
percaya pada orang lain.
2. I`m OK – You`re not Ok. Posisi ini
merefleksikan bahwa individu membutuhkan orang lain akan tetapi tidak ada yang
dianggap cocok, individu merasa mempunyai hak untuk mempergunakan orang lain
untuk mencapai tujuan pribadinya.
3. I`m not Ok – You`re Ok. Posisi ini
merefleksikan bahwa individu merasa tidak terpenuhi kebutuhannya dan merasa
bersalah, bisanya juga disebut posisi depresif.
4. I`m not Ok – you`re not OK. Posisi ini
merefleksikan bahwa dirinya merasa tidak baik dan oranglain pun juga tidak
baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif.
2.4. Batas Status Ego
Batas
antara status ego yang satu dengan yang lain digambarkan sebagai membran yang
sifatnya permiabel, sehingga dimungkinkan terjadinya aliran dari status ego
yang satu ke ego yang lain dalam menanggapi rangsang dari luar.
2.4.1. Batas Status Ego yang kaku
Jika terjadi bahwa status ego menjadi
kaku maka orang tersebut akan terkurung dalam salah stu status ego tertentu,
yang akan menghambat berfungsinya salah satu status ego yang lain. Gejala ini
disebut eklusi (exclusion).
Eklusi pada dewasa, maka individu
akan bertindak objektif, berfungsi sebagai perencana, mengumpulkan informasi,
kehidupan interpersonalnya kering, dingin dan selalu realistis.
Eklusi pada anak yang menyesuaikan,
misalnya menjadi anak yang penurut, sopan, patuh, dan kalau anak yang wajar,
jadi anak yang tergantung, penuntut, egois, agresi, kreatif dan spontan.
2.4.2. Kontaminasi
Kontaminasi merupakan suatu situasi
dimana batas antara status ego yang satu dentan yang lain menjadi lemah,
sehingga status ego tertentu mengalami pencemaran atau pengaruh dari status ego
yang lain.
2.5
Analisis Transaksional
Setiap apa yang dikerjakan dan apa
yang dikatakan antara individu yang satu dengan individu lain. Transaksi dapat
terjadi secara verbal (transaksi sosial) dan transaksi non verbal (transaksi
psikologik) yang terjadi dalam transaksi terselubung.
Ada tiga transaksi dalam kaitannya
dengan interaksi antara dua individu, yaitu :
1. Transaksi Komplementer (saling
mengisi)
Transaksi ini dapat terjadi jika
antara stimulus dengan respon cocok, tepat, dan memang diharapkan, sehingga
transaksi ini akan berjalan dengan lancer. Misalnya, pembicaraan antara
individu yang sama-sama menggunakan status ego orang tua.
2. Transaksi Silang
Transaksi ini terjadi jika antara
stimulus dan respon tidak cocok atau tidak sebagaimana yang diharapkan dan
biasanya komunikasi ini atau interaksi ini akan terganggu.
3. Transaksi Terselubung
Transaksi ini terjadi jika antara
dua status ego beroperasi bersama-sama. Biasanya dapat dirasakan meliputi
dewasa diarahkan kedewasa, akan tetapi menyembunyikan suatu pesan yang
sebenarnya. Missalnya dewasa ke anak, atau orang tua keanak.
Bagan
Transaksi Komplementer
1.

wah sekarang untuk masuk sekolah sulitnya bukan
main.
2. Betul, saya kemarin beli formulir
saja sudah susah.
Bagan Transaksi Silang
1.

Aduh, badan ku kok terasa gk enak ya.
2. Makanya jangan ambisi dan ngoyo
cari uang.
Bagan Transaksi Terselubung
1. Jam berapa instirahatnya training
ini ?
-
Jam
10:00 WIB
2. Aku sudah ngantuk dan capai.
-
Kalau
aku haus dan lapar.
2.6
Kontak
Sosial
Setiap
manusia tampaknya membutuhkan kontak dengan lingkungannya,khususnya dengan
sesame manusia, pada mulanya kontak terjadi secara fisik dan kemudian
berkembang menjadi kontak yang sifatnya verbal. Kontak yang bersifat fisik ini
dapat berupa belaian, ciuman dan ini semua akan memberikan rasa aman, kasih
sayang, ada perasaan dicintai dan dibutuhkan, Kontak yang sifatnya verbal,
seperti senyuman, penghargaan dan kata-kata positif. Proses ini semua melalui
proses belajar, jika individu mendapatkan semua kontak yang positif, maka orang
tersebut akan memberikan kontak positif pula baik pada orang lain maupun pada
lingkungannya.
Menurut
Berne (1961), Dusay (dalam Conrsini, 1989) individu dalam berhubungan dengan
orang lain membutuhkan suatu struktur untuk mengatur waktu atau pengisi waktu.
Dalam hal ini Berne mengajukan 6 cara penggunaan waktu, yaitu :
a.
Penarikan
Diri (withdrawl)
Didalam
bentuk ini individu sama sekali tidak mengadakan kontak dengan orang lain
secara terbuka, meskipun secara fisik individu ada diantara teman-temannya.
b.
Tata
cara (ritual)
Ini
merupakan suatu bentuk komunikasi yang sudah diatur bagaimana stimulusnya dan
bagaimana responnya.
c.
Aktifitas
(activity)
Merupakan
aktifitas dalam kehidupan sehari-hari dan pada umumnya telah ada
ketentuan-ketentuan umum yang telah direncanakan. Dalam istilah sehari-hari
disebut kerja.
d.
Pengisian
Waktu (pastime)
Transaksi
yang terjadi pada individu hanya merupakan pengisian waktu yang nampaknya
setiap individu pernah melakukan transaksi ini.
e.
Permainan
(games)
Permainan
adalah serangkaian transaksi tersamar yang saling melengkapi, menuju suatu
hasil yang dapat diramalkan dan telah direncanakan. Permainan mempunya dua ciri
yang pertama sifatnya yang tersama/terselubung dan yang kedua ganjaran.
f.
Keakraban
(intimacy)
Komunikasi
terjadi secara sederhana, artinya individu akan menampilkan keadaan yang
sebenarnya atau seadanya tanpa dibuat-buat.
3.
Dasar dan Tujuan Terapi
Dasar
tujuan dari analisis transaksional adalah membantu pihak klient dalam rangka
membuat keputusan baru, yaitu tentang
tingkah lakunya sekarang yang diarahkan pada kehidupannya, caranya dengan jalan
membantu klient untuk mendapatkan kesadaran tentang bagaimana klient menghadapi
masalahnya yang berkaitan dengan kebebasan memilih dan memberikan pilihan untuk
menentukan cara hidupnya.
Dasar
dari terapi ini adalah mengganti cara hidup yang otomatis dengan kesadaran,
spontanitas, dan keakraban dengan jalan memanipulasi permainan dan naskah hidup
yang menyalahkan diri atau mengalah.
Harris
(dalam Corey 1982) melihat bahwa tujuan dari analisis transaksional adalam
membantu individu agar mempunyai kebebasan memilih, kebebasan untuk berubah
deng berganti respon terhadap rangsangan baru.
4.
Fungsi dan Peranan Terapis
Transaksional
dibuat agar supaya diperoleh insight baik
emosional maupun intelektual, akan tetapi penekanannya pada aspek rasional.
Peranan terapis adalah harus dapat memberikan perhatian yang benar pada
hubungan yang terjadi antara terapis-klient secara kognitif. Peranan terapis
dalam hal ini sebagai guru, pelatih, tetapi juga sebagai nara sumber.
5.
Proses Terapi
Proses terapi dalam pendekatan
analisis transaksional terdiri dari beberapa metode, antara lain analisis
struktural, metode belajar, empty chair,role
playing, family modeling, analysis of ritual and past time,analysis of game dan
rackets.
1.
Analisis
struktural
Analisis
structural adalah suatu cara yang dapat memjadikan individu sadar tentang isi
dan fungsi dari status egonya (orang tua, dewasa, dan anak), didalam analisis
transaksional klient belajar bagaimana mengidentifikasi status egonya.
2.
Metode
belajar
Analisis
transaksional mendasarkan pada aspek kognitif, maka proses belajar mengajar
merupakan dasar bagi pendekatannya. Anggota kelompok analisis transaksional
diharapkan akan kenal dengan analisis
struktur dan menguasai dasar dari status ego orang tua, dewasa dan anak.
3.
Empty chair
Cara
ini mangasumsikan bahwa klient mempunyai kesulitan dalam mengatasi dirinya dan
pimpinannya. Klient disuruh untuk membayangkan bahwa orang yang duduk
didepannya adalah orang lain, dan kemudian diajak untuk berdialog. Prosedur ini
memberikan kebebasan pada klient untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan
sikap nya sebagaimana dirinya berperan pada suatu status ego tertentu.
Mc
Neel (dalam Corey, 1982) menggambarkan bahwa tekhnik dua kursi kosong ini
merupakan alat yang sangat efektif dalam membantu klient menyelesaikan
konfliknya dengan orang tua atau orang lain yang ada disekitarnya pada waktu
klient dibesarkan. Tujuan dari tekhnik ini adalah untuk menyempurnakan unfinished bussines pada masa silam.
4. Role
Playing
Didalam
terapi kelompok situasi-situasi didalam role
playing dapat melibatkan anggota lain, kemungkinan yang terjadi anggota
kelompok yang lain menggunakan status ego tertentu yang berkaitan dengan
masalah dengan klient dank lien berbicara dengan anggota tersebut.
5.
Family Modelling
Didalam
tekhnik ini klient disuruh untuk membayangkan yang melibatkan banyak individu,
mungkin yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu atau dirinya, misalnya
dirinya sebagai direktur, produser, atau actor. Klien menetapkan situasi dengan
menggunakan anggota lain dari kelompoknya sebagai anggota keluarga.
6.
Analysis Of Ritual and Past Time
Dalam
analisis transaksional akan terlibat masalah identifikasi mengenai tatacara dan
pengisi waktu, yang tampaknya dapat digunakan dalam menstruktur waktu. Struktur
waktu ini sangat penting untuk didiskusikan dan diperiksa, karena hal ini
merefleksikan bagaimana individu tersebut melakukan transaksi dan bagaimana
untuk mendapatkan balaian yang tidak menguntungkan dan akibatnya akan mengalami
kekurangan keakraban dengan orang lain.
7.
Analysis of Game and Rockets
Analisis
permainan merupakan aspek penting dalam mengetahui transaksi yang sebenarnya
dengan orang lain. Didalam hal ini perlu diobservasi dan diketahui bagaimana
permainan dimainkan dan belaian apa yang diterima, bagaimana keadaan permainan
itu, apakah ada jarak dan apa diiringi dengan keakraban.