Psikologi klinis sangat berkaitan erat dengan kejiwaan
manusia dan bisa jadi memberikan pengaruh besar dalam perubahan kejiwaan
seseorang dari yang semula memiliki gangguan menjadi sehat dalam kejiwaannya.
Tentunya peranan tersebut memerlukan keprofesionalan dari seorang psikolog
klinis yang handal dalam bidangnya. Terdapat beberapa peranan yang harus
dimiliki oleh seorang psikolog klinis, sebagai berikut:
1. Intervensi: Terapi konseling
Istilah yang lebih familiar adalah psikoterapi yang pada
umumnya menampilkan empat gambaran,pertama adalah membangun hubungan baik
antara terapis dan pasien. Itu merupakan cara pertama untuk membuat nyaman
pasien sehingga tahapan yang selanjutnya bisa berjalan dengan lancar. Membantu
pasien untuk mampu mengeksplorasi diri dengan cara-cara psikologis. Terapis dan
pasien bekerja sama, dalam memecahkan masalah pasien. Di dalam nya pasien
dilibatkan dalam penanganan masalah agar menemukan jalan keluar yang tepat.
Terapis memberikan sebuah stimulus pada pasien agar pasien bisa terampil dalam
memecahkan masalahnya sendiri tanpa bergantung pada orang lain dan itu harus
dilakukan secara efektif.
2. Assesmen, Psikodiagnostik, Evaluasi
Suatu proses yang digunakan seorang psikolog klinis untuk
mengamati dan mengevaluasi masalah biologis, sosial, dan psikologis pasien.
Evaluasi ini digunakan untuk pemaknaan dan penilaian diri bagi pasien dalam
lingkungannya. Assesmen klinis menyediakan jawaban untuk pertanyaa-pertanyaan
kunci, seperti menyangkut kelemahanklien dan akibat-akibatnya, defisiensi dan
gangguan apa yang terjadi pada pemfungisan klien atau lingkunagn sosialnya
untuk mengelola masalah dan atau mengembangkan kecenderungan positifnya.
3. Mengajar
Memberikan atau membagikan informasi yang berkaitan dengan
profesinya, seperti psikologi klinis, psikologi abnormal, landasan dan
keterampilan wawancara, psikologi komunitas, dan modifikasi perilaku. Mengajar
juga dapat dilakukan dimanapun dalam berbagai pelatihan dan pengembangan
manusia dalam lingkungan keluarga.
4. Konsultasi
Konsultasi bisa diberikan atau dilakukan pada peseorangan,
kelompok, system dan organisasi untuk mengembangkan kualitas diri. Disebut
konsultasi karena tujuan psikolog klinis untuk membantu melakukan pekerjaannnya
dengan kepuasan dan efektivitasyang lebih tinggi sehingga timbul kepuasan dari
dalam diri.
5. Administrasi
Dilaksanakan oleh psikolog klinis sesuai dengan jabatannya
dalam posisi menajerial atau sebagai eksekutif, seperti universitas, rumah
sakit atau klinik pasien rawat jalan.
6. Penelitian
Dikerjakan oleh psikolog klinis dalam berbagai macam bentuk
riset investigasi, mengkaji keefektivan berbagai pendekatan terapi atau
konsultasi, penyebab atau akibat suatu disfungsi psikologis dan akurasi
prosedur assesmen yang berbeda.
Terdapat berbagai kegiatan yang tidak melibatkan psikolog
klinis secara langsung tetapi merupakan tempat psikolog klinis berkolaborasi,
seperti sekolah, industry maupun di bidang kemasyarakataN
Peranan Psikologi Klinis dengan Ilmu Lainnya
Peranan Psikologi Klinis dengan Ilmu Lainnya
1. Psikologi klinis mungkin diperlukan selain oleh psikologi
juga oleh pedagogi dan andragogi, psikiatri, agama, sosiologi. Seandainya benar
demikian berikan alasan esensial disertai contoh pernyataan tersebut.
Psikologi Klinis Adalah bidang studi psikologi dan juga
penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis
individu ke ambang normal. Psikologi Klinis juga merupakan studi tentang
perilaku seorang individu secara dan yang khas (particular individual). Dengan
demikian maka Ilmu Psikologi Klinis juga diperlukan dalam berbagai bidang
seperti;
Pedagogi dan Andragogi;
Andragogi sebagai “Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang
dewasa belajar”.
Sebagian besar teori belajar-mengajar, didasarkan pada
perumusan konsep pendidikan sebagai suatu proses pengalihan kebudayaan. Atas
dasar teori-teori dan asumsi itulah kemudian tercetus istilah “pedagogi” yang
akar-akarnya berasal dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos
berarti memimpin. Kemudian Pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau
perdefinisi diartikan secara khusus sebagai “suatu ilmu dan seni mengajar
kanak-kanak”. Akhirnya pedagogi kemudian didefinisikan secara umum sebagai
“ilmu dan seni mengajar”.
Untuk memahami perbedaan antara pengertian pedagogi dengan
pengertian andragogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih dahulu
empat perbedaan mendasar, yaitu :
1. Citra Diri; Citra diri seorang anak-anak adalah bahwa
dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa, ia
menjadi kian sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya
sendiri.
2. Pengalaman; Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman
orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam
proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan
sebagai sumber belajar.
3. Kesiapan Belajar; Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang
memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses pemilihannya,
serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam pendekatan andragogi,
peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya berdasarkan
kebutuhannya sendiri.
4. Waktu dan Arah Belajar; Andragogi merupakan suatu proses
penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya adalah
penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja diciptakan,
suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman kolektif atau suatu kemungkinan
pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini.
Psikiatri;
Psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa) adalah cabang spesialistik
Ilmu Kedokteran, yang mempelajari patogenesis, diagnosis, terapi, rehabilitasi,
pencegahan gangguan jiwa dan peningkatan ikhtiar peningkatan taraf kesehatan
jiwa. Penyandang profesi keahliannya adalah psikiater atau spesialis kedokteran
jiwa.
Terkait erat dengan ilmu kesehatan mental yang berhubungan
dengan psikologi klinis. Jika dihubungkan dengan psikologi klinis maka
peranannya terkait dengan kesehatan mental yang berhubungan dengan pertumbuhan
dan perkembanga anak. Anak adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang
tentu juga akan berpengaruh terhadap perkembangan mentalnya. Psikiatri adalah
ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan anak yang berkaitan erat dengan kejiwaan
dari sisi pandang secara medis.
Istilah psikiatri (inggris: psychiatry) diangkat dari bahasa
Yunani, yaitu psyche (soul, mind kehidupan mental, baik yang sadar maupun bawah
sadar dalam bahasa Indonesia: roh, jiwa, mental) dan iatreia (healing-
penyembuhan). Sesuai dengan kedudukannya sebagai bidang ilmu, maka di dalam
bidang psikiatri, psyche berarti mind atau mental dan bukan berarti soul atau
roh.
Agama;
Dalam kehidupan peranan agama tidak bisa dilepaskan begitu
saja, bila keadaan psikologis kesehatan jiwa seseorang perlu dipertegas dengan
adanya keyakinan akan agama. Pemahaman akan keberadaan Tuhan sebagai pencipta
makhluk didunia ini amat penting disadari. Bagi manusia yang beragama hal ini
amat penting sebagai penetralisi kestabilan mental seseorang. Sebab dengan
adanya agama orang akan yakin segala sesuatu yang diluar kendali manusia.
Sosiologi;
Karena lebih menyumbangkan pelayanan kemanusiaan yang
penting bagi individual, kelompok sosial, dan komunitas untuk memecahkan
masalah psikososial dan meningkatkan kualitas hidup.
Bidang Psikologi Klinis mengintegrasikan ilmu, teori, dan
praktis untuk memahami dan mengurangi ketidaksesuaian,ketidakmampuan,dan rasa
tak nyaman seperti pun meningkatkan adaptasi, penyesuaian manusia, dan
perkembangan pribadi. Psikologi klinis memusatkan kegiatannya pada aspek
intelektual, emosional, biologis, sosial, dan prilaku pemfungsian manusia
sepanjang hidupnya,dalam berbagai budaya, dan pada taraf sosio ekonomik.
2. Ada tiga fungsi utama/bidang kegiatan psikologi klinis
yaitu; Asesment, Intervensi, dan riset.
a. Terangkan apa yang dimaksud ketiga fungsi tersebut!
Fungsi Asesment;
fungsi ini ditekankan pada mengases perbedaan antar orang.
Orang pertama yang tercatat melakukannya adalah Francis Galton, yang
menggunakan metode kuantitatif, menyangkut akuitas sensori, keterampilan motor,
dan waktu reaksi, yang ia lakukan saat membangun labolatorium antropometrik
pada 1882. Selanjutnya dilakukan oleh McKeen Cattel, Wilhelm Wundt, yang
memberikan perhatian pada masalah perbedaan waktu reaksi ini. Maka menurut
Thorndike, 1997, usaha ini melahirkan istilah mental tests, la menggunakan 10
sub tes untuk suatu batteray test, dan dapat menemukan konstansi proses mental,
bahkan menduga bahwa tes semacam itu dapat digunakan untuk menseleksi dan
melatih orang seperti pun mendeteksi penyakit. Hal ini merupakan
langkah-langkah awal bagi gerakan pengujian (tes).Kraeplin mengajukan gagasan
bahwa gangguan itu dapat disebabkan oleh dua tipe penyebab, yakni faktor-faktor
luar (exogenous, cur-wble) dan faktor dalam (endogenous, incurable). Ciri utama
masa ini adalah dikembangkannya pengukuran mental (men¬tal measurement) atau
pengetesan psikologis diagnostik (mental measurement ordiagnostic psychological
testing), yang landasannya adalah Galton dan Cattel tetapi pencetusnya adalah
Alfred Binet. KesehatanTerkendali(Monaged/-/ea/t/iCore),termasuk kesehatan
mental dan perilaku, berkembang sebagai respons atas mahalnya biaya
pemeliharaan kesehatan.Psikolog yang terlibat dalam pemeliharaan kesehatan ini
perlu menguasai tes yang (a) membantu rencana penanganan dengan
mengidentifikasi dan secara akurat mengases simtom-simtom problematik, (b)
Sensitif terhadap perubahan dan peningkatan fungsi klien sebagai hasil
penanganan, dan (c) relatif cepat.
Fungsi Intervensi;
Kraeplin (1850- 1899) Pusat perhatian adalah pada
klasifikasi psikosis. Juga berkaitan dengan teknik penanganan penderita
neurotik, seperti sugesti dan hipnosis. Fungsi intervensi ini berkaitan dengan
teknik penangan masalah psikologi klinis yang dilakukan dengan menggunkan
pendekatan teori-teori terhadap masalah yang dihadapi oleh klien. Misal Freud
melahirkan teori psychoanalisis, Carl Rogers 1951 menerbitkan Client-Centered
Therapy, Frankl, 1953, mengemukakan Logotherapy dan hubungannya dengan teori
eksistensial, Perls mengajukan Gestalt Theapy, 1951, Pada tahun 1958, Ackerman
juga menerangkan tentang Family Therapy, dan tahun 1962, Albert Ellis
menerangkan tentang Ratio-Emotive Therapy. Sekitar tahun 1961, Eric Berne
mengajukan Transactional Analysis atau TA. Lahirnya berbagai macam terapi
“kecil” menimbulkan juga reaksi negatif, sebagaimana dikemukakan oleh Eyesenck
dalam buku tipisnya yang terkenal, The Effectness ofPsychotherapy. Namun, kaum
behavioris mulai mengembangkan metode-metodenya yang lebih
“hardheaded’,’seperti dilakukan Andrew Salter, 1949, yang menulis
ConditionedReflexTherapy, yang menjadi pendorong lahirnya metode-metode
desensitisasi.Tahun 1953, B.F. Skinner mengembangkan terapi keperilakuan
berdasarkan prinsip operan untuk terapi dan intervensi sosial.
Fungsi Riset;
fungsi ini berkaitan dengan fungsi pengembangan keilmuan
dalam bidang psikologis. Yang pertama adalah Wilhelm Wundt, dikenal sebagai
pendiri laboratorium psikologi yang resmi di Lelpzig pada tahun 1879. Ivan
Pavlov (1900 – 1919) berhasil meletakkan dasar bagi psikologi klinis awal
dengan clasical conditioningnya. Binet-Simon menawarkan bukti-bukti validitas
tes baru mereka pada tahun 1905; dan pada tahun 1916 riset Terman atas tes
Binet-Simon diterbitkan. Pada periode ini pun lahir tes Army Alpha dan Army
Beta. Reset psikologi klinis Maiz merupakan reset yang berada dalam taraf
infancy. Meskipun demikian lahirnya tes-tes kepribadian dan terutama lahirnya
WBIS pada tahun 1939 perlu dicatat, sedangkan riset akademik menyangkut
Behaviorisme dan Psikologi Gestalt merupakan kegiatan yang perlu dihargai.
Behaviorisme menguatkan para psikolog klinis mengenai kekuatan pembiasaan dalam
pengembangan dan penanganan gangguan prilaku. Sedangkan Psikologi Gestalt
menekankan pentingnya pemahaman atas keunikan persepsi pasien atas
masalah-masalahnya. Mulai pertahuan tahun 1960-an asesmen dan diagnosis menjadi
kurang penting bagi psikolog klinis, karena mereka mulai langsung menangani
pasien tidak sekedar mengases dan membuat diagnosis melayani kebutuhan profesi
lainnya, seperti psikiater dan guru-guru. Riset di bidang tes inteligensi dan
kepribadian, meskipun demikian terus berkembang, baik untuk keperluan
psikoterapi maupun untuk penggunaan psikologi di bidang lain, seperti
pendidikan dan industri-organisasi. Demikian juga dengan tes proyektif seperti
Rorschach dan TAT, yang penelitian dan pengembangannya terus menerus dilakukan.
Banyak dari studi ini menyangkut sisi validitas dan reliabilitas. Di antaranya
adalah Cari Rogers, 1951,mengenai efektivitas konselingjaporannya terbit pada
tahun 1954 bersama Dymond. Julian Rotter yang pada tahun 1954, mebciptakan
Social Learning and ClinicaI Psychology. Kemudian Wolpe, 1958, mengembangkan
metode systematic desensitization, sebagai salah satu dari sekian banyakjenis
terapi perilaku. Tentu saja penelitian mengenai berbagai macam psikoterapi
perlu dilakukan dan dikembangkan terus.
b. Apa yang dimaksud dengan istilah; Asesment psikologi,
asesment psikologi klinis, dan psikologi diagnostik?
Asesmen Psikologi adalah;
“Proses mengumpulkan informasi yang biasanya digunakan
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan
kepada pihak-pihak terkait oleh asesor” (Nietzel dkk,1998).
Asesment Psikologi Klinis adalah;
Asesment ini berkenaan dengan pengumpulan Informasi terhadap
orang lain dapat berupa latar belakang, sikap, tingkah laku atau karakteristik
yang dimiliki orang tersebut. Kemudian informasi tersebut dihubungkan dengan
pengalaman dan harapan yang kita miliki sehingga kita akan mendapatkan kesan
dari orang tersebut yang selanjutnya kita jadikan dasar untuk memutuskan cara
kita bersikap terhadapnya.
b. Asesmen Psikologi Diagnostik adalah;
Suatu cara untuk menegakkan diagnosa yang akhirnya menjadi
suatu diagnosa kepribadian.
Suatu usaha untuk mengukur karakteristik individu melalui
pengamatan terhadap gambaran eksternal.
Perangkat yang digunakan untuk melakukan diagnosa terhadap
gangguan psikologi terhadap kepribadian sesorang. Dengan demikian diharapkan
dapat memberikan gambaran tentang berbagai macam kondisi psikologis yang
dilakukan melalui diagnostik tersebut. Untuk itu ada beberapa macam perangkat
diagnostik yang dapat digunakan untuk mengungkap kondisi mental orang yang di
tes. APA (American Psychiatric Association) menerbitkan sistem klasifikasi
diagnostik yang pertama kali, Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. Sistem ini kemudian terkenal dengan nama DSM I dan berlaku hingga
tahun 1968, ketika WHO mengeluarkan International Classification of Diseases
(ICD). DSM I kemudian direvisi dan disamakan dengan ICD, kemudian terbit DSM
II. DSM I dan II menyeragamkan terminologi untuk mendeskripsikan dan
mendiagnosa perilaku abnormal, tetapi tidak menjelaskan tentang aturan sebagai
pedoman dalam memutuskan suatu diagnostik. Kemudian mengalami beberapa kali
perubahan menjadi DSM III, DSM III-R. Dalam DSM III ini, sudah terdapat suatu
kriteria operasional untuk masing-masing label diagnostik. Kriteria ini
meliputi simtom utama dan simtom spesifik serta durasi simtom muncul. Disini
juga digunakan pendekatan multiaxial, dimana klien dideskripsikan ke dalam lima
dimensi (axis), yaitu : a) gangguan mental major, b) problem perkembangan dan
gangguan kepribadian, c) Gangguan fisik atau kondisi-kondisi yang mungkin
berhubungan dengan gangguan mental, d) Stressor psikososial (lingkungan) e)
Rating terhadap fungsi psikologis, sosial dan pekerjaan dalam satu tahun
terakhir.
c. Mengapa pada poin b ada intervensi, konseling,
psikoterapi dan ada konsultasi. Dimana letak perbedaan dan persamaannya?
Ada tiga macam yaitu klasifikasi diagnostik, deskripsi dan
prediksi.
1. Klasifikasi diagnostik
Maksud dari klasifikasi (penegakan) diagnostik yang tepat
antara lain :
• Untuk menentukan jenis treatment yang tepat. Suatu
treatment sangat bergantung pada bagaimana pemahaman klinisi terhadap kondisi
klien termasuk jenis gangguannya (vermande, van den Bercken, & De Bruyn,
1996).
• Untuk keperluan penelitian. Penelitian tentang berbagai
penyebab suatu gangguan sangat bergantung kepada validitas dan reliabilitas
diagnostik yang ditegakkan.
• Memungkingkan klinisi untuk mendiskusikan gangguan dengan
cara efektif bersama profesional yang lain (Sartorius et.al, 1996).
2. Deskripsi
Para klinisi beranggapan bahwa untuk memahami content dari
perilaku klien secara utuh maka harus mempertimbangkan juga tentang context
sosial, budaya dan fisik klien. Hal itu menyebabkan asesmen diharapkan dapat
mendeskripsikan kepribadian seseorang secara lebih utuh dengan melihat pada
person-environtment interactions. Dalam fungsinya sebagai sarana untuk
melakukan deskripsi terhadap kepribadian seseorang secara utuh, di dalam asesmen
harus terdapat antara lain : motivasi klien, fungsi intrapsikis, respon
terhadap tes, pengalaman subjektif, pola interaksi, kebutuhan (needs) dan
perilaku. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif tersebut memudahkan klinisi
untuk mengukur perilaku pra treatment, merencanakan jenis treatment dan
mengevaluasi perubahan perilaku pasca treatment.
3. Prediksi
Tujuan asesmen yang ketiga adalah untuk memprediksi perilaku
seseorang. Misalnya klinisi diminta oleh perusahaan, kantor pemerintah atau
militer untuk menyeleksi seseorang yang tepat bagi suatu posisi kerja tertentu.
Dalam kasus tersebut, klinisi akan melakukan asesmen dengan mengumpulkan dan
menguji data deskriptif yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan
prediksi dan seleksi.
Klinisi kadang dihadapkan pada situasi untuk memprediksi
hal-hal yang berbahaya, misalnya pertanyaan seperti “Apakah si A akan bunuh
diri ?”, “Apakah si B tidak akan menyakiti orang lain setelah keluar dari RS?”.
Pada saat itu klinisi harus menentukan jawaban “ya” atau “tidak”. Prediksi
klinisi tentang “berbahaya” atau “tidak berbahaya” dapat dievaluasi dengan
empat kemungkinan jawaban: a) True positive, jika prediksi klinisi berbahaya
dan ternyata klien menunjukkan perilaku berbahaya, b) True negative, jika
prediksi klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku yang
tidak berbahaya, c) False negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya
tetapi klien menunjukkan perilaku berbahaya, d) False positive, jika prediksi
klinisi berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku tidak berbahaya.
Intervensi; Intervensi dilaksanakan setelah dilakukan
asesmen psikologis dalam rangka mengatasi atau melakukan penyembuhan terhadap
permasalahan gangguan mental psikologis penderita.
Konseling; Konseling dilakukan setelah dilakukan asesmen
dalam rangka membantu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan
permasalahan-permasalahan klien agar dapat mengatasi permasalahan hidup secara
mandiri yang dilakukan disekolah, keluarga dan masyarakat.
Psikoterapi; Dengan adanya asesmen maka akan ditemukan
permasalahan yang berkaitan dengan munculnya masalah yang bersifat patologis.
Untuk itu penderita perlu mendapatkan treatmen atau terapi.
Konsultasi; Dilakukan setelah dilakukan asesmen dan
berkenaan dengan berbagai alternatif pemecahan persoalan secara psikologis dan
terencana dengan harapan klien dapat menilai dan melakukan pilihan aternatif
permasalahan.
Perbedaan dan Persamaannya adalah: Masing-masing kegiatan
tersebut memiliki kewenangan tersendiri dlam penangan permasalahan dan merupakan
wilayah berbeda tetapi mereka kadang-kadang saling membutuhkan dalam proses
pekerjaannya. Maka dari itu untuk menjaga ketimpangsiurannya diperlukan adanya
kerjasama antar profesional terkait.
Intervensi Konseling Psikoterapi Konsultasi
1. Hanya membrikan stimulus
2. Waktunya singkat
3. Kliennya normal
4. Yang memberikan intervensi lebih dominan 1. Tidak ada
treatment
2. Waktunya singkat
3. Kliennya normal
4. Klien lebih dominan
5. Keputusan ditangan klien 1. Klien memiliki masalah
patologi
2. Waktunya lebih lama
3. Adanya treatmen atau terapi 1. Waktunya singkat
2. Kliennya normal
3. Hanya memberikan advise atau meluruskan masalah
4. Klien lebih dominan
3. Buatlah contoh judul penelitian dibidang asesment
psikologi abnormal, asesment psikologi klinis, dan psikologi/konseling.
Sebutkan dan terangkan variabel-variabel yang terdapat di dalamnya!
Judul penelitian dibidang asesment Psikologi Abnormal; Judul
Pengaruh Psikiatri Dalam Berbagai Aspek Kehidupan. Beberapa variabel yang
terkandung dalam judul penelitian ini meliputi: (1) roh, nyawa, atau (2)
seluruh kehidupan batin manusia yang terdiri dari perasaan, pikiran,
angan-angan, dsb. Peran psikiatri masih selalu dikaitkan dengan gangguan jiwa
saja, padahal cakupan peran psikiatri sebagian besar justru di dalam berbagai
aspek kehidupan yang menentukan tinggi atau rendahnya tingkat kesehatan jiwa
individu maupun masyarakat. Psikiatri dan Kesehatan Mental (Psychiatry and
Mental Health). Saat ini masih ada beberapa kerancuan pada makna istilah, yang
dapat menghambat usaha memasyarakatkan psikiatri.
Judul penelitian dibidang asesment Psikologi Klinis;
Pengaruh Kesehatan Jiwa (Mental Health) bagi anak hiper aktif ditengah
keluarga. Variabel yang terkait meliputi keluarga, masyarakat, segi budaya,
segi agama/spiritual, sosio-ekonomi, dsb.) Dengan demikian berdasarkan judul di
atas perlu dibatasi kajian penelitian agar lebih terfokus.
Judul penelitian dibidang asesment Psikologi/Konseling;
Kecenderungan perilaku nakal anak di lingkungan sekolah. Variabel yang terkandung
meliputi; a) Perilaku Anarkis, b) Perilaku Depresif, c) Perilaku Agresif dan,
d) konsep diri siswa.
4. Kegiatan apakah yang dapat dilakukan oleh ahli BK yang
termasuk wilayah Pedagogi dan Androgogi dalam rangka spesialisasi psikologi
klinis, misalnya dalam psikologi komunitas dan psikologi kesehatan (community
mental health)
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh para ahli dalam bidang
Bimbingan dan Konseling meliputi berbagai kemampuan yang dapat menunjang
keahlian dalam melakukan pekerjaan diantaranya sebagai berikut:
a. Metode Psikologi
Beberapa metodologi dalam psikologi, diantaranya sebagai
berikut :
Cara ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan
mengadakan berbagai eksperimen. (sumber : buku Psokologi, penulis : Abdul
Rahman Shaleh, penerbit : Kencana Prenada Media Group). Peneliti mempunyai
kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen. Yaitu menentukan akan
melakukan apa pada sesuatu yang akan ditelitinya, kapan akan melakukan
penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya.
b. Observasi Ilmiah
Pada observasi ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang
ditimbulkan tidak dengan sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara
spontan. Observasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang
lain, misalnya saja : tingkah laku orang-oranng yang berada di toko serba ada,
tingkah laku pengendara-pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah
laku anak yang sedang bermain prilaku orang dalam bencana alam
c. Sejarah Kehidupan
Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang
penting untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari
ceritaibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia
bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik
sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya.
d. Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang
diperiksa. Agar orang diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri,
pandangan-pandangannya, pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga
orang yang mewawancarai dapat menggali semua informasi yang dibutuhkan.
e. Angket
Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua
pertanyaan sudah di susun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu.
Dan orang yang diwawancaraipun tinggal membaca pertanyaan yang diajukan. Lalu
menjawabnya secara tertulis pula. Lalu jawaban-jawabannya akan dianalisis untuk
mengetahui hal-hal yang diselidiki.
f. Pemeriksaan Psikologi
Dalam bahasa populernya “pemeriksaan psikologi “ disebut
juga dengan “psikotes”. Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik
tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah
terlatih alat-alat itu dapat dipergunakan unntuk mengukur dan untuk mengetahui
taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur
kepribadian seeorang, dan lain-lain dari orang yang diperiksa itu.
5. Buatlah suatu problem statement (disertasi) bidang
kegiatan BK yang bersangkutan dengan psikologi Klinis umum atau spesialis
khusus di bidang psikologi klinis. (minimal 200-400 kata)
Model Konseling Kelompok Rational-emotive Untuk Meningkatkan
Kinerja Konselor dalam Modifikasi Kecenderungan Perilaku Nakal Siswa SMA
Bandung.
Pelayanan konseling yang diarahkan untuk membantu
pengembangan individu dalam setting sekolah dan masyarakat luas harus
diselenggarakan oleh tenaga ahli yang profesional pada jenjang Sarjana (S1),
Magister (S2), dan Doktor (S3). Dalam sistem pendidikan nasional, keberadaan
konselor sebagai salah satu kualifikasi tenaga ke’pendidikstffr yang setara
dengan kualifikasi guru, dosen, pamong dan tutor. Konsekuensinya konselor
sebagai pengemban profesi konseling harus mampu menampilkan kinerja
profesionalnya yang efektif agar dirinya memperoleh penghargaan sejajar bahkan
lebih baik dari pemerintah khususnya lembaga tempat dirinya mengabdi maupun
dari masyarakat luas. Dalam hal penanganan masalah psikologis siswa di sekolah,
konselor harus berada pada jajaran paling depan agar keberadaannya dapat memberikan
efek yang signifikan terhadap mutu perkembangan peserta didik dan bagi
peningkatan mutu produktifitas sekolah. Untuk menangani siswa yang memiliki
kecenderungan perilaku nakal yang bersumber pada keyakinan irasional konselor
dituntut mampu menggunakan teknik dan metode sesuai dengan karakteristik dan
latar belakang siswa. Konselor dituntut mampu mengadaptasi teknik-teknik
konseling perspective rational-emotive untuk meningkatkan kinerjanya dalam
menanggulangi kecenderungan kenakalan siswa.
Tujuan umum penelitian ini untuk memperoleh model Konseling
Kelompok Rational-Emotive (KKRE) dianggap dapat meningkatkan kinerja konselor
dalam menyelenggarakan layanan konseling kelompok yang efektif untuk modifikasi
kecenderungan perilaku nakal siswa SMA. Untuk mencapai tujuan tersebut
penelitian dilakukan dalam dua tahap: 1) Studi pendahuluan untuk memperoleh
model KKRE adaptif, Subyek penelitian untuk Studi awal adalah Guru BK/Konselor
SMA dan untuk Uji Lapangan subyek penelitiannya siswa SMA dan
2) Uji lapangan efektifitas KKRE dalam modifikasi perilaku
nakal menggunakan quasi eksperimen disain: “Patched-Up” Design.
Hasil penelitian akan direkomendasikan kepada:
1. Bagi Guru BK di sekolah sangat disarankan agar: a.
meningkatkan kinerjanya dalam menangani kecenderungan perilaku nakal siswa, b.
guru-guru berlatih menggunakan KKRE untuk pencegahan dan penanggulangan
kenakalan remaja di sekolah, c. Kepala Sekolah perlu memfasilitasi peningkatan
kinerja konselor dalam penggunaan sarana pembelajaran untuk aplikasi KKRE, d.
bekerjasama dengan organisasi profesi Pertemuan Guru Bimbingan Konseling (MGBK)
atau Asosiasi Bimbingan Konseling (ABKIN) untuk pelatihan peningkatan mutu
kinerja konselor,
2. Bagi pengembangan ilmu bimbingan dan konseling, agar
dapat mendorong minat siswa atau guru BK untuk penelitian lanjut.
Daftar Bacaan;
Sutardjo, A. Wiramihardja, (2009), Pengantar psikologi
Klinis, Refika Aditama, Bandung.
Sutardjo, a Wiramihardja, (2005), Pengantar psikologi
Abnormal, Refika Aditama, Bandung.
Jhon McLEOD, (2006) Pengantar Konseling, teori dan studi
kasus, Kencana Predana Media Group, Jakarta.
Norman D Sundberg, at.all, (2007) Psikologi Klinis, teori,
praktik, dan penelitian, Pustaka pelajar, Yogyakarta.
Winkel, (1995) Bimbingan dan Konseling di institusi pendidikan,
Gramedia widiasarana, Jakarta